Keluarga Berencana, KB
Minggu, 17 April 2011
Iud baru tahan 10 tahun
ALAT kontrasepsi IUD (intrauterine device) kini usianya makin panjang. Semula alat pencegah kehamilan ini harus dicopot setelah mendekam empat sampai lima tahun dalam rahim. Kini ibu-ibu tidak harus buru-buru mencabutnya, sebab Dokter Terry McCarthy sudah mampu membuat IUD bertahan sepuluh tahun. Itulah hasil penelitian Dokter McCarthy dari RS Universitas Nasional di Amerika Serikat. Dalam penelitiannya itu, menurut koran The Straits Times dua pekan lalu, McCarthy menyebutkan, hanya 1,7% yang hamil dari 100 wanita yang menggunakan IUD terbarunya selama tujuh tahun. Temuan baru ini tentu akan melegakan ibu-ibu, apalagi sebagian dari mereka sering malu-malu atau risi memeriksakan barangnya yang melekat di rahim itu. ''IUD baru ini pantas digunakan dalam jangka lama, dan barang ini nanti akan populer sebagai alat kontrasepsi,'' kata McCarthy. IUD merupakan alat pencegah kehamilan yang dimasukkan dalam rahim. Kebanyakan IUD terbuat dari plastik yang bagian dalamnya mengandung tembaga. Alat ini dicetak dalam berbagai bentuk. Ada yang seperti huruf T, yang biasa disebut dengan Copper T, ada pula yang dinamakan Copper seven karena bentuknya seperti angka 7. Ada pula yang berbentuk spiral. Pada bagian buntut barang ini biasanya ada seutas tali agar mudah mengambilnya bila yang bersangkutan ingin hamil lagi. Kontrasepsi ini, berdasarkan penelitian, mempunyai keampuhan mencegah kehamilan sampai 97-98%. Sebabnya IUD dapat mencegah kehamilan, menurut Dokter Gulardi H. Wiknjosastro, karena alat tersebut mengandung logam tembaga. Tembaga yang tertanam dalam IUD menimbulkan peradangan pada dinding rahim. Akibatnya telur yang seharusnya menempel pada dinding rahim mudah jatuh, dan rontok keluar, sehingga tidak terjadi proses kehamilan. Adanya logam tembaga pada IUD itu berperan kunci untuk mencegah kehamilan. Pemeriksaan rutin, menurut Gulardi, harus dilakukan setidaknya setahun sekali. Ini terutama untuk mengecek keberadaan logam tembaga, sebab bisa habis selama dalam rahim akibat teroksidasi. ''Kalau kandungan tembaganya habis, IUD tidak efektif lagi sebagai pencegah kehamilan,'' kata Kepala Sub Bagian Fetomaternal, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ini kepada TEMPO. Pada IUD model baru bentuknya tetap seperti huruf T. Logam tembaga juga sama dengan model lama, yaitu tertanam pada bagian bawah. Hanya bedanya, IUD baru ini pada ujungnya ditanam logam perak. Keuntungannya, logam perak ini dapat menjangkau rahim lebih lama. Menanggapi hasil penelitian IUD di AS tadi, Dokter Loet Affandi tampak hati-hati. Deputi Bidang Umum Badan Koordinasi Keluaga Berencana Nasional ini mengatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Artinya, pihaknya tak buru-buru menerapkannya. ''Sebab IUD yang berlaku selama ini sudah berdasarkan penelitian lama,'' katanya. Di Indonesia IUD sudah umum dipakai oleh ibu-ibu perserta Keluarga Berencana. Alat kontrasepsi ini menempati urutan ketiga, 25,6% dari total 20,2 juta lebih akseptor aktif. Urutan pertama adalah alat kontrasepsi pil (34,7%), dan di bawahnya adalah suntik (25,9%). Sedangkan Gulardi tidak heran dengan hasil penelitian McCarthy itu. Dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan ini sudah menerapkan pemasangan IUD pada pasiennya untuk dipakai selama 15 tahun. ''Hasilnya cukup efektif,'' katanya. Terhadap angka kegagalan memang ada pengaruhnya. Sebab, setelah IUD berusia lebih dari lima tahun, angka kegagalan itu biasanya akan meningkat 0,5% sampai 1%. ''Yang penting harus dilakukan adalah kontrol, dan tidak ada keluhan pada pemakaiannya,'' kata Gulardi. Gatot Triyanto
Langganan:
Postingan (Atom)